Konstruktivis

Konstruktivis

Disela-sela kesibukan dan penyesuaian waktu yang sangat sulit kami lakukan, akhirnya kami jadi juga observasi ke sekolah. Syukurlah... Eh sampai disana, ternyata tidak semulus rencana dan keinginan kami. Guru-guru di sekolah itu menolak kami dengan alasan takut dinilai dan takut sekolahnya dijelek-jelekkan.... Huhhffthh,.. (baru pertama kali ditolak seperti ini). Bicara panjang lebar, akhirnya wakil kepala sekolah mau juga membawa kami ke kelas dan beruntung ada seorang guru yang mau mengizinkan kami masuk ke kelasnya. Senangnya,.. tadak jadi pulang dengan tangan hampa. Kami pun melakukan observasi hanya dengan satu kelas dan dengan waktu yang kurang lebih 15 menit. Lalu kami keluar dan tidak lupa berfoto-foto dulu dengan adik-adik itu. Setelah itu kami melakukan wawancara lagi di kantor dengan bapak guru tersebut terus balik ke kampus untuk mengerjakan tugas kuliah lainnya. Dan sebelum itu kami tidak lupa berfoto-foto dulu.. (satu hal yang tidak akan pernah dilupakan,,hehehe..). Sekarang tugas diposting dan menunggu saat presentasi.

Dan hasilnya bisa di klik di sini dan slidenya .

Terima kasih

Kelompok I

4 komentar:

psipddk3sks mengatakan...

(UAS) 1. Susi, coba beri penjelasan berdasarkan konstruktivis dari salah satu posting di blogmu yang menurutmu paling berkesan.

aku_smt mengatakan...

Posting di blog saya yang paling berkesan adalah:
Posting yang berjudul “Sederhana, tapi butuh usaha keras?” karena disanalah saya merasakan banyak perjuangan dan lebih berusaha untuk membentuk bintang yang kokoh dan tidak mudah lepas.

Analisis
Dalam proses pembuatan bintang itu, kami melakukan aktivitas kreatif produktif yang mendorong kami untuk berpikir dan berpikir ulang dan mendemonstrasikan ide-ide kami. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran konstruktivistik yaitu menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif yang mendorong si anak belajar. Di sana juga, pendidik menyediakan suasana dimana siswa mendesain dan mengarahkan kegiatan belajar, mengajak siswa untuk bekerja menyelesaikan masalah dan berusaha dengan ide-idenya. Pembelajaran juga tidak hanya fokus pada hasilnya tapi juga bagaimana proses yang digunakan untuk mencapai tujuan yaitu dapat membentuk bintang yang kokoh.
Pembuatan bintang itu juga menerapkan pengajaran top down dan discovery learning, dan scafolding. Top down karena perkuliahan dimulai dengan masalah yang harus dipecahkan oleh siswa dan berusaha untuk menemukannya melalui bimbingan pendidik/dosen. Discovery learning karena siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri untuk membentuk bintang yang kokoh tersebut. Scafolding karena siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri untuk membentuk bintang yang kokoh dan tidak berhentin untuk mencoba dan mencoba hingga bintang yang kokoh itu terbentuk.
Secara keseluruhan, proses pembelajaran ini memenuhi tujuan konstruktivis yaitu:
- Memotivasi siwa bahwa belajar itu adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
- Mengembangkan kemampuan siswa untuk menajdi pemikir yang mandiri.
- Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap.
Dalam hal ini juga, pendidik/dosen sudah berperan sebagai guru yang konstruktivis, yaitu:
- Mendukung dan menerima otonomi dan inisiatif siswa.
- Memperbolehkan jawaban siswa menuntun pelajaran, mengubah strategi pembelajaran dan mengubah isi.
- Mendukung siswa untuk terlibat dalam dialog, baik dengan guru atau sesama siswa.
- Mendorong adanya diskusi.
- Memberikan waktu bagi siswa untuk membetuk hubungan dan menciptakan metafora.

psipddk3sks mengatakan...

(UAS) 2. Jawaban soal ini paling lambat saya tunggu hingga tanggal 13 Juni 2010. Menurut kamu, adakah teori paedagogi yang dapat menjelaskan alasan saya memperpanjang toleransi penyelesaian UAS no 2. ini? Coba uraikan.

aku_smt mengatakan...

Menurut saya, ada. Hal itu dapat dilihat dari dua teori berikut.

1. Perpanjangan toleransi penyelesaian UAS No.2 Paedagogi ini merupakan bentuk usaha yang dilakukan oleh dosen pengampu dalam pencapaian tujuan pendidikan. Berdasarkan aliran Progresivisme, tujuan pendidikan adalah kehidupan yang baik bagi individu dan masyarakat. Kehidupan terbaik bagi individu adalah kehidupan yang inteligen, hidup bebas, dan memiliki kontrol terhadap pengalamannya. Kehidupan terbaik bagi masyarakat adalah demokrasi, dimana tidak mengenal adanya stratifikasi sosial, kesamaan kesempatan merupakan suatu jaminan, bahwa setiap orang akan dapat mengambil bagian dalam melaksanakan segala aktivitas lembaga yang ia masuki. Penggunaan inteligen secara maksimal, berarti memberikan kesempatan suatu pertumbuhan individu secara maksimal.
Sesuai dengan teori di atas, alasan dosen pengampu memberikan perpanjangan waktu adalah memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan dan menggunakan inteligensinya semaksimal mungkin. Dengan memberikan waktu lebih banyak, mahasiswa juga diharapkan benar-benar serius dalam mengerjakannya untuk mencapai nilai yang baik dan kehidupan yang baik.

2. Perpanjangan toleransi penyelesaian UAS No.2 Paedagogi ini juga merupakan implikasi sederhana dari pendidikan recurrent (recurrent education), yaitu sistem pendidikan dimana setiap individu akan memiliki kesempatan untuk melanjutkan kembali belajar atau pendidikannya. Dengan recurrent education, seorang siswa yang belajarnya terhambat karena berbagai alasan akan lebih mudah untuk melanjutkan belajarnya. Demikian halnya yang dilakukan oleh dosen pengampu mata kuliah Paedagogi, dimana mahasiswa diberikan kesempatan lagi untuk menyelesaikan soal UAS No.2 ini. Mahasiswa yang mungkin terhambat dalam proses menjawab soal sebelumnya, misalnya karena belum melihat soal yang telah lama di-posting, atau sibuk dalam mempersiapkan ujian untuk mata kuliah lain sehingga proses menjawab soal no 1 dilakukan bertepatan dengan seminggu setelah soal pertama di-posting, diberi kesempatan lagi oleh dosen pengampu.
Dalam recurrent education, juga ada prinsip keadilan persamaan (equity). Dengan memberikan kesempatan kedua atau ketiga kalinya untuk belajar, sistem ini dapat memberikan sumbangan yang efektif bagi keadilan dan persamaan dalam pendidikan. Sama halnya seperti yang diterapkan oleh dosen pengampu, memberikan perpanjangan waktu berarti berusaha untuk menyamaratakan pengerjaan semua mahasiswa, yaitu sama-sama mendapatkan 2 soal dan mahasiswa yang masih mendapat 1 soal dapat menjawabnya hingga sama dengan mahasiswa lainnya yang telah mendapat 2 soal.

Posting Komentar